Jakarta Hati, Mempertanyakan Nurani Para Pejuang Ibukota

Rilis: 8 November 8 2012
Sutradara: Salman Aristo
Durasi: 1 jam 54 menit
Genre: Drama

Jakarta Hati adalah film omnibus yang berisikan enam cerita yang secara tak langsung mempertanyakan: apakah para pejuang di Ibukota masih punya hati? Ide cerita yang apik dan menggandeng para aktor dan aktris kawakan membuat saya dipenuhi perasaan puas setelah menontonnya.

Ada enam cerita dalam film ini dan akan saya jabarkan pendapat pribadi saya pada setiap cerita.

Orang Lain
Seorang pria (Surya Saputra) didatangi seorang wanita (Asmirandah) karena keduanya adalah korban perselingkuhan. Mereka menghabiskan waktu sepanjang malam, menceritakan bagaimana masing-masing pasangan mengintimidasi mereka.

Banyak orang menganggap Jakarta adalah kota yang kejam. Namun, ketika kita sudah masuk didalamnya, akankah sifat itu akan terserap juga oleh kita? Atau justru kita sudah mencerminkan citra kota ini tanpa disadari?

Masih Ada
Seorang pria paruh baya (Slamet Rahardjo) yang harus pergi ke Senayan untuk urusan kotor. Karena mobil di rumah tak ada, ia pun harus menggunakan beberapa kendaraan (taksi dan ojek). Diusir supir taksi karena berkata kasar dan menyelamatkan maling anak kecil sepertinya membuat ia lelah seharian.

Pengemasan makna hidup dalam cerita ini cukup rapi sehingga pesan tersirat mudah terbaca: jangan menilai hati orang dari penampilan mereka.

Kabar Baik
Polisi muda (Andhika Pratama) harus menginterogasi tukang tipu arisan yang ternyata adalah ayahnya (Roy Marten). Melalui proses tersebut, ia pun tahu alasan mengapa sang ayah menghilang dan bagaimana kehidupan keluarga kecil barunya, dikala ibunya masih mengharapkan kedatangan lelaki yang sangat dicintainya.

Akting keduanya sangat bagus! Pengakuan demi pengakuan yang diungkapkan sang ayah sangat dramatis dengan cara yang berbeda. Ekspresi Andika sangat pas untuk menggambarkan perasaan campur aduk pada seseorang yang Anda benci tetapi sumber kebahagiaan bagi orang yang sangat Anda sayangi. Sementara, Roy Marten juga tak kalah maksimal dimana saya sebagai penonton benar-benar patah hati karena sifatnya yang brengsek namun penyayang.

Hadiah
Seorang penulis (Dwi Sasono) yang dilema karena tak mau mengikuti arus tetapi di satu sisi ia butuh uang dan buntu ide. Saat mengantarkan anaknya (Bastian Steel) ke pesta ulang tahun teman, yang ternyata orang kaya, rasa minder pun semakin membebani.

Cerita ini memiliki poin keintiman dalam keluarga yang cukup krusial, yaitu terkadang justru orang dewasalah yang mendapat pelajaran dari anak kecil.

Dalam Gelap
Sepasang suami istri muda (Agni Pratistha dan Dion Wiyoko) yang terjebak dalam pembicaraan alot karena mati lampu. Meski saling menyalahkan, keduanya mengaku selingkuh karena haus perhatian satu sama lain.

Kedua orang ini adalah gaya kebanyakan orang saat ini: berani protes karena tak terlihat, mengaku salah tapi tak mau kalah, dan tetap mencoba meski sudah mati rasa. Dirimu yang mana?

Darling Fatimah
Sudah jadi rahasia umum bahwa penjaja kue Fatimah (Shahnaz Haque) yang merupakan janda keturunan Pakistan memiliki hubungan malu-malu mau dengan pemuda keturunan Tionghoa (Franky Nainggolan) yang biasa datang ke pasar karena pekerjaannya broker pemesanan kue. Keduanya membahas berbagai rintangan jika hubungan dilanjutkan ke jenjang serius dengan bahasa keseharian mereka.

Cerita terakhir ini cukup menggambarkan salah satu watak pengais rejeki di Jakarta: banyak pertimbangan, tapi ujung-ujungnya nekat juga. Yang penting jalanin aja dulu, coy!

Leave a comment